Selasa, 07 Juni 2011

Raksasa Tambang Bergeser ke Negara Berkembang

PricewaterhouseCoopers:

Di masa depan, permintaan komoditas tambang terus naik, terutama pasar negara berkembang.

Kegiatan Tambang Batu Bara (www.warwick.ac.uk)
cpo - VIVAnews - Produsen tambang dari negara berkembang kini mengungguli pemain lama seperti Australia, Amerika, Kanada, Afrika Selatan, dan Inggris. Selama empat tahun terakhir, rata-rata tingkat pengembalian pemegang saham perusahaan negara berkembang mencapai dua kali lipat dibanding perusahaan pemain lama.

Publikasi terbaru dari jaringan global PricewaterhouseCoopers (PwC) berjudul "Mine: The game has changed" menyebutkan komposisi 40 perusahaan tambang terbesar di dunia telah berubah dalam waktu delapan tahun terakhir. Saat ini, komposisi 45 persennya berasal dari negara berkembang. Ini merefleksikan pergantian pemain dan kekuatan industri pertambangan dunia.


 "Di masa depan, permintaan komoditas tambang terus tumbuh, terutama pasar negara berkembang," ujar pimpinan industri jaringan global PwC, Tim Goldsmith.

Pendapatan 40 perusahaan tambang terbesar di dunia mencapai rekor yaitu US$435 miliar pada 2010, naik 32 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong kenaikan harga komoditas dan hasil produksi sebesar 5 persen pada 2010. Pencapaian pendapatan ini melambungkan laba bersih mencapai US$110 miliar atau naik 156 persen.

Untuk memenuhi permintaan, 40 perusahaan itu menargetkan belanja modal US$300 miliar, dimana lebih dari US$120 miliar direncanakan untuk 2011, dua kali lipat dibanding pengeluaran 2010. Terlepas dari tantangan yang ada, 40 perusahaan ini berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum menguntungkan.
Secara kolektif, mereka memiliki aset hampir US$1 triliun, termasuk US$100 miliar berupa kas. Kebanyakan dari mereka juga tidak memiliki pinjaman sehingga rasio utang terhadap modal hanya 8 persen.
Sayangnya, tidak ada perusahaan tambang Indonesia memiliki kapitalisasi pasar US$11 miliar agar bisa bergabung dengan 40 perusahaan itu. Namun, industri pertambangan Indonesia terus tumbuh dengan pesat, dengan proporsi perusahaan tambang mencapai 13 persen dari indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

Penasihat ahli pertambangan PwC Indonesia, Sacha Winzenried, mengatakan kapitalisasi pasar perusahaan tambang di BEI naik dari Rp276 triliun pada 2009 menjadi Rp499 triliun pada 2010. Kenaikan sebesar 81 persen ini terutama disebabkan pertumbuhan sektor tambang batu bara dan sejumlah perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya (listing) di BEI pada 2010.
"Ini menunjukkan kepercayaan terhadap sektor pertambangan Indonesia, yang didukung tumbuhnya permintaan batu bara dan mineral lainnya sejalan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Perusahaan tambang Indonesia akan menghadapi tantangan sama yaitu kenaikan biaya operasi dan kebutuhan dana untuk belanja modal demi kenaikan produksi. Perusahaan tambang akan berusaha meraup untung dari momentum kenaikan harga komoditas.
Bahkan, adanya pertumbuhan dan aktivitas merger dan akuisisi memberi peluang perusahaan tambang Indonesia akan masuk dalam 40 perusahaan tambang terbesar dalam waktu dekat. (art)
VIVAnews 

sumber : http://bisnis.vivanews.com/news/read/225207-peta-pertambangan-global-berubah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan komentar ... jangan spam ya.. tks